Kenaikan Harga Bawang Merah Dipicu Rantai Distribusi Panjang
Lintasberita.net, Brebes - Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari heran harga bawang merah di pasaran melonjak hingga Rp 45 ribu per kilogram. "Di tingkat petani paling mahal Rp 28 ribu. Itu saja sudah kualitas super. Kenapa harga di pasaran mahal sekali," kata dia di Brebes, Jawa Tengah, Ahad, 6 Maret 2016.
Kini harga bawang merah di pasar sebesar Rp 40-45 ribu per kilogram. Seorang pedagang bumbu di Pasar Pagi Kota Tegal, Fitriana, 30 tahun, menjual bawang merah Rp 40 ribu per kilogram. Dia mengaku membeli ke pedagang besar seharga Rp 35 ribu per kilogram. Namun, jika dia membeli langsung ke petani, harganya sekitar Rp 30 ribu per kilogram. "Selisih Rp 5.000 per kilogram."
Juwari pun menduga, melonjaknya harga bawang merah ini karena panjangnya rantai distribusi. Penjualan bawang merah dari petani sampai ke konsumen harus melewati enam tahap: dari petani-penebas-pengepul-pedagang induk-pengecer-konsumen. "Selama ini memang distribusi selalu begitu," katanya.
Juwari mengakui stok bawang merah di Brebes menipis hingga 20 persen dari stok normal. Berkurangnya pasokan itu berdampak pada persaingan harga di tingkat pedagang besar. Mereka, pedagang, saling berebut ketika bawang merah tiba di pasar. Bawang yang biasanya datang 30 truk, kini hanya 15 truk. Pedagang akhirnya rebutan. Pengepul memanfaatkan momentum ini untuk menaikkan harga. Alasannya karena stok berkurang. Sebaliknya jika pasokan melimpah, harga bawang terjun bebas.
Menurut Juwari, distribusi dengan cara itu justru akan merugikan petani. Petani tak bisa menikmati hasil panen. Ketika harga naik, yang menikmati justru pengepul dan pedagang. Biasanya, selisih harga dari petani sebesar Rp 2.000-5.000 per kilogram. Namun, kali ini selisihnya meningkat drastis hingga lebih dari Rp 10 ribu per kilogram. "Selama ini ketika harga bawang naik, yang jadi kambing hitam akhirnya petani di Brebes. Padahal tak semua petani menikmati hasil panennya."
Panjangnya jalur distribusi bawang ini juga diakui Ketua Kelompok Tani Bawang Merah Mekar Jaya Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Brebes, Hadi Sutomo. Menurut dia, sulit menghilangkan model distribusi seperti itu, karena sudah berlangsung lama. “Sebagian petani terkadang tidak ingin repot menjual langsung ke pasar,” katanya.
Kini harga bawang merah di pasar sebesar Rp 40-45 ribu per kilogram. Seorang pedagang bumbu di Pasar Pagi Kota Tegal, Fitriana, 30 tahun, menjual bawang merah Rp 40 ribu per kilogram. Dia mengaku membeli ke pedagang besar seharga Rp 35 ribu per kilogram. Namun, jika dia membeli langsung ke petani, harganya sekitar Rp 30 ribu per kilogram. "Selisih Rp 5.000 per kilogram."
Juwari pun menduga, melonjaknya harga bawang merah ini karena panjangnya rantai distribusi. Penjualan bawang merah dari petani sampai ke konsumen harus melewati enam tahap: dari petani-penebas-pengepul-pedagang induk-pengecer-konsumen. "Selama ini memang distribusi selalu begitu," katanya.
Juwari mengakui stok bawang merah di Brebes menipis hingga 20 persen dari stok normal. Berkurangnya pasokan itu berdampak pada persaingan harga di tingkat pedagang besar. Mereka, pedagang, saling berebut ketika bawang merah tiba di pasar. Bawang yang biasanya datang 30 truk, kini hanya 15 truk. Pedagang akhirnya rebutan. Pengepul memanfaatkan momentum ini untuk menaikkan harga. Alasannya karena stok berkurang. Sebaliknya jika pasokan melimpah, harga bawang terjun bebas.
Menurut Juwari, distribusi dengan cara itu justru akan merugikan petani. Petani tak bisa menikmati hasil panen. Ketika harga naik, yang menikmati justru pengepul dan pedagang. Biasanya, selisih harga dari petani sebesar Rp 2.000-5.000 per kilogram. Namun, kali ini selisihnya meningkat drastis hingga lebih dari Rp 10 ribu per kilogram. "Selama ini ketika harga bawang naik, yang jadi kambing hitam akhirnya petani di Brebes. Padahal tak semua petani menikmati hasil panennya."
Panjangnya jalur distribusi bawang ini juga diakui Ketua Kelompok Tani Bawang Merah Mekar Jaya Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Brebes, Hadi Sutomo. Menurut dia, sulit menghilangkan model distribusi seperti itu, karena sudah berlangsung lama. “Sebagian petani terkadang tidak ingin repot menjual langsung ke pasar,” katanya.
Toh ada juga petani yang berupaya memangkas jalur distribusi dengan menjualnya berkeliling agar langsung ke tangan konsumen. "Kami juga hendak mengembangkan penjualan dengan cara online," katanya.
ABMI menjamin stok bawang merah Kini masih cukupi secara nasional. Apalagi sekitar dua pekan lagi musim panen di beberapa daerah. Di Brebes saja, ada lahan 1.500 hektare yang siap panen. Dengan produktivitas sekitar 10 ton per hektare, akan mampu memenuhi kebutuhan bawang merah. "Tanaman rata-rata sudah berumur 40 hari, sebentar lagi panen," ujar Juwari.
Namun, Juwari khawatir, isu kenaikan harga tinggi karena stok menipis ini akan memicu pemerintah untuk mengimpor bawang dari luar negeri. "Jangan sampai impor, karena sebentar lagi petani panen," katanya.
Source: Tempo
COMMENTS